Bagaimana Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa? Suku Jawa sebagai salah satu suku di Indonesia dengan adat istiadat leluhur yang kental, tidak terkecuali dalam urusan pernikahan.
Setiap peristiwa sakral dalam pernikahan adat Jawa memiliki makna filosofis yang tinggi.
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa
Jika Anda terlahir sebagai suku Jawa atau menjalin hubungan dengan suku Jawa, Anda wajib mempelajari tradisi-tradisi tersebut.
Susunan prosesi pernikahan dibagi menjadi:
- Tratag dan tarub,
- Siraman,
- Midodareni,
- Kembar mayang,
- Balangan gantal,
- Wijikan,
- Sikepan sindur,
- Pangkuan,
- Tampa kaya,
- Dulang-dulangan,
- dan sungkeman.
Anda bisa membaca penjelasan di bawah ini lebih detail.
1. Tratag dan Tarub
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa yang pertama yaitu Tratag dan Tarub.
Tratag dan Tarub sebenarnya adalah bagian dari tenda pernikahan.
Tratag adalah hiasan tenda, dan Tarub adalah hiasan janur yang melengkung. Hiasan ini bermakna harapan akan kelimpahan dan kemakmuran serta harapan baru bagi pengantin baru dari Yang Maha Kuasa.
Selain itu, kehadiran Tratag dan Tarub secara simbolis mengharuskan pihak keluarga mengadakan sebuah hajatan mantu.
Di tenda-tenda, jalan setapak umumnya ditandai dengan tarub yang dibagi menjadi berbagai jenis tanaman dengan maknanya masing-masing.
Mempersiapkan pernikahan tradisional Jawa seringkali dianggap sulit.
Namun dibalik kesulitan selalu ada doa kebaikan dan diyakini membawa kebaikan di masa yang akan datang.
Baca juga: Mengenal 10 Proses Pernikahan Adat Lampung
2. Siraman
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa selanjutnya yaitu Siraman.
Siraman berasal dari bahasa Jawa siram yang artinya mandi.
Upacara siraman harus dilakukan hanya satu hari sebelum dimulainya upacara pernikahan.
Makna dari acara ini adalah untuk membersihkan kedua mempelai dari segala mara bahaya dalam menyambut ritual agung.
Saat siraman, ada 7 orang yang akan menyiramkan air ke kepala pengantin. Angka tujuh dipilih karena merupakan ‘pitu‘ dalam bahasa Jawa yang dilambangkan dengan pitulungan atau pertolongan.
3. Midodareni
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa yang ketiga ada Midodareni.
Midodareni biasanya diadakan bersamaan dengan pertemuan antara dua keluarga besar.
Rombongan mempelai pria mengunjungi kediaman mempelai wanita. Acara ini berlangsung sebelum pernikahan dimulai keesokan harinya.
Midodareni berasal dari bahasa Jawa widodari yang artinya bidadari.
Pengantin wanita harus tinggal di kamar dari pukul 18:00 hingga 24:00 dengan riasan sederhana. Artinya agar mempelai wanita secantik Dewi Widodari.
4. Kembar Mayang (Janur Kuning)
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa yang keempat adalah Kembar Mayang atau Janur Kuning.
Si kembar Mayang terbagi menjadi rangkaian janur, daun dan ornamen lain yang memiliki arti berbeda.
Kembar Mayang ini dibawa oleh 2 orang wanita dan 2 orang pria yang belum menikah.
Beberapa janur kuning dirangkai seperti keris, menandakan bahwa kedua mempelai harus waspada, pandai, dan bijaksana saat melewati bahtera kehidupan rumah tangga.
Ada juga yang tersusun seperti burung dan memiliki motivasi penting yang tinggi dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Baca juga: 7 Syarat Menikah bagi Laki Laki Menurut Islam
5. Balangan Gantal
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa selanjutnya yaitu balangan gantal.
Balangan artinya melempar dan gantal artinya daun sirih yang terikat. Daun sirih, diikat dengan tali lawe, berisi kapur sirih, buah pinang, sepotong gambir dan potongan tembakau hitam.
Acara ini menuntut kedua mempelai untuk saling melempar dan menunjukkan cinta dan kasih sayang.
Saat kedua mempelai dipertemukan dari arah yang berlawanan, mereka berdua akan melempar gantal. Umumnya, acara ini berlangsung saat kedua mempelai berjarak sekitar dua meter.
Acara ini dimulai saat pengantin pria melempar gantal ke dahi, dada, dan lutut pengantin wanita.
Kemudian pengantin wanita merespon dengan melemparkannya ke dada dan lutut pengantin pria.
6. Wijikan (Injak Telur)
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa yang keenam adalah Wijikan atau ijak telur.
Pada dasarnya wijikan dilakukan setelah pengantin pria menginjak sebutir telur.
Telur berbentuk harapan agar kedua mempelai memiliki anak atau keturunan sebagai hasil dari cinta kedua mempelai.
Setelah menginjak telur, pengantin wanita kemudian membasuh kaki pengantin pria sekitar 3 kali.
Peristiwa ini diriwayatkan sebagai bentuk pengabdian dan sebagai simbol kesetiaan seorang wanita kepada suaminya.
Selain itu, diyakini dapat menghilangkan hambatan menuju rumah tangga yang diinginkan.
Baca juga: 16 Isi Seserahan Pernikahan yang Perlu Disiapkan
7. Sikepan Sindur
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa yang ketujuh adalah Sikepan Sindur.
Sikepan sindur adalah acara di mana kain (sindur) dibentangkan di kepala pengantin.
Acara ini dibawakan oleh ibu dari kedua mempelai dengan membawa mereka ke pelaminan. Dan sang ayah akan memandu perjalanan pengantin wanita sambil memegang Sindur.
Tujuan pernikahan adat jawa ini adalah harapan besar kedua orang tua agar kedua mempelai selalu kuat karena bersatu.
Makna dari acara ini adalah harapan agar pengantin baru siap menjalani bahtera rumah tangga dengan segala suka dan dukanya.
8. Pangkuan
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa selanjutnya ada Pangkuan.
Dalam upacara pangkuan, kedua mempelai duduk dengan sopan di pangkuan ayah mempelai wanita.
Pengantin pria duduk di paha kanan dan pengantin wanita di paha kiri.
Makna yang dilambangkan dengan peristiwa ini adalah berupa keadilan.
Keinginan agar kedua mempelai nantinya bisa membagi kasih sayang secara adil kepada keturunannya.
Selain itu, prosesi ini menunjukkan bahwa tidak ada cinta yang tidak seimbang yang dimiliki orang tua kepada anak atau menantunya.
9. Tampa Kaya (Kacar Kucur)
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa yang kesembilan adalah tampa kaya.
Tampa berarti menerima dan kaya seperti beberapa biji-bijian seperti beras kuning, padi, gabah, jagung, kacang tanah, kedelai, beberapa rempah-rempah, bunga Sritaman dan beberapa koin.
Kaya ini kemudian dijilat oleh pengantin pria ke atas tikar pandan yang diletakkan di pangkuan pengantin wanita.
Peristiwa ini berarti bahwa nafkah laki-laki dapat dikelola dengan baik oleh pihak perempuan nantinya ketika sudah menikah.
Baca juga: Berapa Lama Mengurus Surat Nikah?
10. Dulang-dulangan (Dhahar Kalimah)
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa yang kesepuluh adalah Dulang-dilangan.
Dulang-dulang sebagai bahasa Jawa yang memiliki arti yang sama dengan saling menyuapi makan.
Acara yang berlangsung sakral dan mesra ini menampilkan kedua mempelai yang saling menyuapi sebanyak 3 kali.
Makna yang dilambangkan dari acara ini adalah sikap tolong-menolong dan rukun.
Keinginannya, ketika kedua mempelai menikah, dapat hidup rukun dan saling membantu dalam segala keadaan.
11. Sungkeman
Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa yang terakhir adalah Sungkeman.
Sungkeman sebagai acara paling memilukan dalam rangkaian ritual ini. Kedua mempelai akan memohon doa dan mohon maaf atas segala kesalahan yang dilakukan.
Sungkeman dilakukan oleh kedua mempelai kepada orang tua dan mertua.
Ketika kakek-nenek dan kakek-nenek datang ke acara tersebut, posisi sungkeman dimulai dari kakek-nenek, kemudian diikuti oleh orang tua.
Videonya bisa dilihat disini
Penutup
Bagaimana? Pastinya Anda punya gambaran untuk memahami prosesi pernikahan adat Jawa bukan?
Setelah itu, tidak ada salahnya untuk mulai mempersiapkan semua pernak perniknya dari sekarang. Niatkan semua yang ada di hati Anda dan mulailah mencoba.
Semoga semua acara pernikahan adat jawa yang anda selenggarakan berjalan sesuai harapan. Dan kelak menjadi keluarga yang langgeng, harmonis dan selalu bahagia.
Sekian artikel berjudul Susunan Prosesi Pernikahan Adat Jawa, semoga bermanfaat.