Bagaimana Hak Suami atas Istri dalam Islam? Islam mengajarkan pasangan suami istri untuk memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan rumah tangga yang Sakinah Mawadda Wa Rahah.
Hak Suami Atas Istri ini pernah diriwayatkan oleh Tamim Ad-Dari, kata dia, bahwasaannya Rasulullah bersabda:
“Hak suami atas istrinya: ia tidak boleh meninggalkan tempat tidur suami, harus menerima dengan baik bagian yang diberikan suami, mentaati perintahnya, tidak keluar rumah kecuali atas izinnya, dan tidak memasukkan (orang) yang tidak disukai suami.”
Hadits ini diriwayakatkan oleh imam Thabrani dalam “Al-Ausathnya”. Pada silsilah perawinya terdapat Dhirar Bin Amr, ia termasuk dha’if (Mujma’ Az-Zawid, IV/314).
Dari sabda Rasulullah sangat jelas apa hak suami atas sesuatu yang ia dapatkan dari istrinya. Mari kita analisis artikel pernikahan ini satu per satu:
Hak Suami atas Istri dalam Islam
Ada beberapa hak yang harus dipatuhi wanita. Ada sekitar 9 hak seorang pria untuk seorang wanita. Adalah sebagai berikut:
- Mentaati suami
- Hendaklah si istri tidak meninggalkan tempat tidur suami
- Seorang istri tidak boleh keluar rumah tanpa seizin suaminya
- Memelihara harta suami serta rela atas rezeki dari Allah terhadapnya
- Melayani suami ketika di rumah
- Memelihara kebersihan diri dan berhias untuk suaminya
- Mendidik anak-anaknya
- Menjaga diri serta teguh memegang ummat
- Hak-hak lain.
Mari kita kaji satu per satu, point-point di atas:
1. Mentaati Suami
Hak suami atas istri pertama adalah istri harus menuruti segala perintah suaminya selama petunjuk itu mengenai hal-hal yang diperbolehkan oleh syariat.
Sebaliknya, jika perintah laki-laki itu mengandung unsur kemaksiatan kepada Allah, maka ia tidak boleh menaatinya. Karena tidak ada ketaatan kepada siapapun terkait dengan kemaksiatan kepada Allah Sang Pencipta. Seperti kisah berikut ini:
Suatu ketika seorang wanita datang menemui Nabi yang telah menikahkan putrinya dengan seseorang.
Suatu ketika datanglah seorang perempuan menghadap Nabi, yang telah menikahkan anak gadisnya dengan seseorang.
Sedang rambut anak gadisnya banyak yang rontok. Maka perempuan tadi berkata kepada Rasul. “Suaminya menyuruh saya untuk menyambung rambutnya.”
Maka Rasulullah bersabda, “Jangan, sebab Allah melaknati perempuan-perempuan yang menyambung rambutnya.” (Hadits riwayat Al-Bukhari (5205) dan Muyslim (2122-2123).
Bahkan, Imam Bukhari menuliskan bab khusus dalam masalah ini, yang diberi nama: ‘Bab la tuthi’u Al-Mar’ah Zaujaha fi Ma’shiyah’. Yakni, bab, istri tidak boleh menaati suami dalam kemaksiatan.
Selanjutnya, dalam banyak hadits, Rasulullah memerintahykan para istri agar mentaati suami dan memperingatkannya agar tidak membangkang terhadap suaminya.
Abu Hurairah meriwayatkan, ia berkata, “Rasulullah ditanya, ‘Siapakah sebaik-baik perempuan itu?’ Jawab Rasul, “ Ialah yang jika dipandang suaminya menyenangkan,
jika diperintah ia taat, dan tidak membantah untuk memenangkan diri sendiri, serta tidak menentangnya dalam hal harta dengan mendatangkan sesuatu yang tidak disukai suaminya.”
Rasulullah bersabda:
“Jika istri menunaikan shalat lima waktu, memelihara kemaluannya, dan taat pada suaminya, maka ia akan masuk surga melalui pintu mana saja yang ia kehendaki.”
Sabda tersebut seperti yang diriwayatkan dalam hadits riwayat Ibnu Hibban (4151), dan Abu Nu’aim dalam Hilyahnyya (Vi/308).
Sesungguhnya Islam telah memberikan penghargaan yang besar kepada suaminya atas ketaatan seorang wanita. Islam menyamakan ketaatan ini dengan jihad di jalan Allah.
2. Hendaklah si istri tidak meninggalkan tempat tidur suami
Salah satu tujuan perkawinan adalah untuk mencapai penyaluran biologis antara seorang pria dan seorang wanita. Ini adalah dasar bagi makhluk Allah di bumi ini.
Dengan istri, suami dapat dilindungi dari godaan setan, kebutuhan biologisnya terpenuhi, nafsunya dikendalikan, penglihatan dan alat kelaminnya terpelihara,
Jiwanya nyaman dan bahagia dengan istrinya yang selalu berada di sisinya, bahkan semangat ibadahnya pun bisa dipacu dari semua ini.
Istri tidak bisa menolak ajakan suami. Kapanpun dia ingin melakukan hubungan suami istri, selama tidak ada halangan syar’i.
Terdapat haits-hadits shahih mengenai hal ini, di antaranya: diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
“Jika suami mengajak istrinya ke atas ranjang, kemudian ia menolaknya, maka para malaikat melaknatinya hingga waktu subuh.”
Dalam riwayat yang lain,
“Apabila seorang istri tidur meninggalkan ranjang suaminya, maka para malaikat akan melaknatinya hingga ia kembali menempatinya.”
Ini seperti yang disampaikan dalam hadits riwayat Bukhari (5193-5194), Muslim (1436), Ahmad (2/439 dan 480), Ibnu Hibban (4161).
3. Seorang istri tidak boleh keluar rumah tanpa seizin suaminya
Seperti yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal, Rasulullah bersabda:
“Tidak halal seorang istri mengizinkan (orang lain) memasuki rumahnya sedang suaminya membenci itu. Dan ia tidak boleh keluar rumah sedang suami tidak menyukainya.”
Ini seperti yang diriwayatkan Ahmad (III.80, 85), Abu Dawud (2459). Mereka para pekerja yang tidak tidur di malam hari.
Mereka mengairi kebun-kebun sepanjang malam. Maka bila mereka tidur di akhir malam, mereka tak kuasa bangun untuk menunaikan shalat subuh.
Maka Rasulullah menyuruh mereka menunaikan shalat bila telah bangun tidur. Hal ini sebagai bentuk kemurahan dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya dan juga merupakan belas kasih.
Rasulullah kepada umatnya. Ada kemungkinan bahwa hal itu hanya terjadi kadang-kadang saja.
Ibnu Umar juga meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Perempuan adalah aurat. Jika ia keluar dari rumahnya, setan mengikutinya, dan sesungguhnya ia tidak dapat lebih bertaqarrub kepada Allah kecuali di dalam rumahnya.”
Dalam hadits lain, ia juga meriwayatkan, bahwa ada seorang perempuan datang kepada Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah, apakah hak suami atas istrinya?” Rasulullah kemudian bersabda,
“Istri tidak boleh menolak keinginan meski sedang di atas pelana punggung unta, atau memberikan sesuatu dari yang ada di rumah suami tanpa seizinnya.
Jika ie malakukan itu (menolak dan memberikan tanpa izin), maka si suami mendapat pahala sedang ia berdosa. Dan ia tidak boleh berpuasa sunnah kecuyali dengan izinnya.
Dan bila ia melakukan itu, ia berdosa dan tidak mendapat pahala. Ia juyga tidak boleh keluar rumah, kecuali atas izin suami.
Jika ia melanggar itu, para malaikat melaknatnya, yaitu malaikat pemarah dan malaikat penyayan sampai ia (istri) kembali ke rumahnya.”
4. Memelihara harta suami serta rela atas rezeki dari Allah terhadapnya
Salah satu bentuk tanggung jawab suami adalah memenuhi kebutuhan (materi) keluarga jika ada. Jika tidak, ia harus berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Kewajiban suami adalah menafkahi keluarganya sesuai dengan kemampuannya, baik di kondisi lapang maupun dalam keadaan sulit, tanpa berlebihan atau pelit.
Selain itu, wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih pada pembahasan sebelumnya.
Istri yang bijak dan gesit adalah istri yang selalu dan bertanggung jawab berusaha untuk menjaga harta suaminya, seperti yang diperintahkan Nabi dalam hadits sebelumnya.
Dan Istri Mu’minah adalah yang merasa puas dengan apa yang diberikan suaminya sesuai dengan kemampuan yang diberikan Allah kepadanya baik dalam keadaan susah maupun senang.
Seorang istri yang setia, jika dia menemukan seorang suami yang kikir dan kikir padahal dia sebenarnya kaya, maka dia boleh mengambil harta suaminya tanpa izinnya hanya sebatas yang sesuai dengan kebutuhannya dan kebutuhan anak-anaknya.
Suatu ketika, Hindun binti Atabah, istri Abu Sofyan, datang mengadu kepada Rasulullah tentang keserakahan suaminya terhadap dirinya dan anak-anaknya.
Ia berkata, “Wahai Rasulullah, Abu Sofyan adalah laki-laki yang bakhil, ia tidak memberikan nafkah yang cukup kepada saya juga anak-anak saya, kecuali sebagian harta yang saya ambil tanpa sepengetahuannya.
Apakah yang saya lakukan itu dosa?” Nabi menjawab, “Ambillah dengan cara yang baik harta suyamimu yang dapat mencukupimu serta anak-anakmu!”
Ini seperti dalam hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari (3564), Muslim (1714), Abu Dawud (3532), An-Nasa’i (VIII/246-247), Ibnuy Majah (2293), Ad-Darimi (2259), Ahmad (VI/39, 50, 206) dari Aisyah.
5. Melayani suami ketika di rumah
Melayani ajakan suami untuk melakukan bersenggama merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh istri, kecuali ada alasan yang dibenarkan syariat, seperti haid. Jika istri menolak undangan suami itu, para malaikat akan mengutuknya.
6. Memelihara Kebersihan Diri dan Berhias untuk Suaminya
Menjaga kebersihan diri dan dekorasi bagi suaminya adalah salah satu hak suami atas istrinya. Oleh karena itu, sebaik-baik istri adalah yang menghiasi dirinya hanya untuk suaminya.
Sehingga hiasan wanita tersebut tidak diperuntukkan bagi siapapun kecuali suaminya. Itulah yang harus dimiliki seorang suami terhadap istrinya.
Baca juga: Alasan Menikah di Usia Muda dan Tua
7. Mendidik anak-anaknya
Memang, adalah tugas wanita yang terbaik dan paling mulia untuk membesarkan anak-anaknya sendiri, dan tidak menyerahkannya kepada pelayan wanita atau orang lain.
Inilah tugas utama dalam membentuk masyarakat Islam. Rasulullah pernah bersabda:
“Istri adalah pemimpin di tengah keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban akan hal itu.”
Nabi pernah memuji perempuan yang mengasuh anak-anaknya. Beliau bersabda:
“Sebaik-baiknya perempuan yang menunggang unta adalah perempuan-perempuan Quraisy yang shalih, yaitu, yang paling sayang kepada anaknya di masa kecil, serta yang paling dapat menjaga harta benda suaminya.”
Haid ini menunjukkan keutamaan wanita Quraisy. juga esensi mereka. Yaitu, cinta penuh untuk anak-anak mereka, untuk menawarkan mereka pendidikan yang baik dan perawatan yang baik ketika mereka yatim piatu.
Juga urusan-urusan lainnya, seperti menjaga hak suami atas hartanya, menjaga kepercayaannya, baik dalam pengelolaannya maupun dalam penggunaannya, agar tidak menyia-nyiakannya untuk pengeluaran.
8. Menjaga Diri serta Teguh Memegang Ummat
Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah bersabda:
“Barang siapa menjaga sesuatu yang ada di antara dua rahangnya (lidah) dan dua pahanya (kemaluan). ia masuk surga.”
Nah, menjaga diri seorang wanita adalah permata yang selalu perlu dihargai. Dia adalah senjata untuk mempertahankan ketenaran dan kehormatannya.
Dia seperti potensi dan kekuatan pria.
Sikap peduli perempuan dalam keluarga merupakan pilar utama yang menopang bangunan pendidikan anak dan keluarga, serta jalan lurus untuk menanamkan nilai-nilai kebajikan dan keluhuran budi pada anak.
9. Hak-hak lain suami atas istrinya
Terakhir, ada hak lain yang harus diperhatikan oleh seorang wanita, antara bersikap lembut kepada suaminya dan mendekatinya dengan apa pun yang disukai suaminya.
Rukun dengan keluarga pria, menyapa mereka dengan hangat, mengunjungi mereka, selalu mencari tahu tentang situasi mereka dan berbagi dengan mereka, baik atau buruk.
Baca juga: Manfaat Nikah Muda Bagi Perempuan
Kesimpulan
Inilah hal-hal yang dapat kita pelajari tentang hak-hak seorang pria atas istrinya. Hal ini tentunya berguna untuk memperkaya pengetahuan kita tentang apa yang harus dilakukan setelah menikah dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh suami istri.
Sekian artikel mengenai Hak Suami atas Istri dalam Islam, semoga bermanfaat.